Sabtu, 24 September 2016

Tata rias pengantin Adat Aceh

Tata rias pengantin Adat Aceh - hay guss bagaimana kabarnya?? baik kan? ada yang mau nikah tidak didaerah aceh dan pasti belum tau bagaimana cara merias wajah pengantin Adat Aceh? iya kan?? untuk kali ini saya akan membahas tentang Tata rias pengantin Adat Aceh, selamat membaca dan selamat mencoba

1. Tata Rias Wajah dan Busana Dara Baro

a. Rias Wajah Dara Baro
Setelah calon pengantin melakukan koh andam, selanjutnya wajah pengantin dirias agar tampil cantik dan segar. Rias wajah pada pengantin putri Aceh sebaiknya memberi kesan serasi dengan warna busana yang dikenakannya. Warna alas bedak dan bedak disesuaikan dengan warna kulit pengantin putri dan memberi kesan putih kemerahan. Adapun tahapan-tahapan merias wajah adalah sebagai berikut :

1. Pembersihan
§  Tuangkan susu pembersih/cream dicawan kecil yang telah tersedia, mulai pembersihan keseluruh wajah dan leher.
§  Setelah diangkat dengan tissue diberikan penyegar face tonic atau astringent sesuai dengan jenis kulit, dituangkan pada kapas lalu ditepuk-tepuk keseluruh wajah.

2. Merias wajah 

§  Setelah dilakukan pembersihan, wajah diberikan pelembab atau moisturizer.
§  Setelah itu aplikasikan alas bedak atau foundation merata keseluruh wajah dan leher. Setelah itu berikan bedak tabur atau face powder dengan cara menepuk-nepuk atau ditekan-tekan pada wajah dan leher secara perlahan dan merata, untuk meratakan bedak gunakan sikat wajah atau face brush dengan arah kebawah dan kesamping.
§  Membentuk alis. Warna alis disesuaikan dengan warna rambut dan dibentuk sesuai dengan bentuk wajah (melengkung indah).
§  Merias mata. Tidak ada ketentuan warna hanya disesuaikan dengan warna busana dan kombinasi harus serasi dan membaur. Pada kelopak mata diberi warna terang, pada sudut mata bagian luar diberi warna gelap, highlight diberi warna putih atau krem. Memakai garis mata (eye liner) untuk memberi kesan mata lebih indah. Mengenakan maskara agar bulu mata terlihat lentik dan tebal.
§  Memakai bayangan hidung.
§  Memberikan pemerah pipi atau blush on.
§  Mengenakan lipstick dan lipgloss, hendaknya dipilih warna cerah dan serasi dengan warna pemerah pipi atau diserasikan dengan warna busana misalnya merah cerah, oranye, pink dan lain-lain.

b. Rias Rambut atau Sanggul
Menata rambut dikerjakan setelah merias wajah selesai. Sanggul dinamakan sanggul cak-ceng. Sanggul ini disebut sanggul cak-ceng yang berarti sanggul tarik (ketat).
v  Bahan dan alat yang dibutuhkan : 1 bh cemara tanpa tulang, sisir sasak, jepit, harnet, hairspray, pelepah pisang.

Tahapan membentuk sanggul cak-ceng :
§  Rambut disisir rapi ke arah puncak kepala tanpa sasakan dan diikat dengan karet.
 §  Tambahkan cemara pada ikatan rambut.
§  Sanggul ini dibuat dengan meletakkan pelepah pisang dibagian atas, lalu cemara dan rambut pengantin dililitkan membentuk angka delapan. Ujung cemara harus berakhir disebelah kanan bagian atas. Kanan melambangkan bahwa tujuan hidup adalah menuju kebaikan dan kebenaran, sedangkan atas bermakna bahwa kebaikan itu harus berada di atas segalanya, juga memberi makna keberhasilan dan peningkatan.
§  Setelah sanggul terbentuk dirapikan, diberi harnet dan hairspray.
§  Selanjutnya diberikan bunga segar dan perhiasan.

Bunga segar terdiri dari :
§   Bunga jeumpa meususon (cempaka bersusun dua lapis) yang diletakkan dibagian depan sanggul.
§  Bungong tajok menutupi pelepah pisang yang menonjol dikanan-kiri sanggul.
§  Rampoe teusok dililitkan pada sekeliling sanggul membentuk angka delapan.
§  Satu untai melati juga dipasang mengikuti bentuk sanggul mengelilingi bungong tajok.
§  Untaian rampoe yang panjangnya 60 cm dipasang di depan sanggul yang ujung-ujungnya dibiarkan menjuntai sampai dikanan-kiri telinga.
§  Preuk-preuk yang panjangnya kurang lebih 25 cm dipasang dibelakang bagian bawah sanggul untuk menutupi pertumbuhan anak rambut dan tengkuk sebanyak lima atau enam untai.
§  Tiga untai preuk-preuk dipasangkan di atas sanggul berjuntai kebelakang.
§  Jeumpa meususon mengelilingi sanggul sampai bertemu dengan jeumpa meususon yang dipasang diatas sanggul.
                                                 

c. Perhiasan :
§  Patam dhoe diikat kebelakang kepala dengan tali hitam yang dialasi melati. Ini dipasang sebelum memasang bunga-bunga/ preuk-preuk.
§  Bungong OK sebanyak 1-3 tangkai yang bentuknya menyerupai bungong jeumpa (bunga cempaka), bungong kepula (bunga tanjung) dapat dipakai 1-3 tangkai bunga tanjung atau 5-7 bunga pada bagian belakangnya. Bunga cempaka lebih ditonjolkan karena dapat memberi kesan khas Aceh.
§  Ayeum gumbak dipasang dikanan-kiri  sanggul pada ujung pelepah pisang dalam jumlah satu, dua atau tiga untai.
§  Bungong tajok meuh dipasang sebagai penutup tangkai ayeum gumbak jumlah 1-3 dikanan-kiri.
§  Bungong got-got atau kembang goyang dipasang dibelakang bungong OK sebanyak 7 tangkai pada barisan pertama, yang 5 tangkai menghadap lurus ke depan sedangkan yang 1 dikanan-kiri menghadap kesamping. Barisan kedua 5 tangkai, 3 tangkai menghadap lurus kebelakang sedangkai 1 tangkai dikanan-kiri menghadap kesamping. Barisan ketiga 3 tangkai, 1 tangkai menghadap lurus kebelakang, 1 tangkai dikanan-kiri menghadap kesamping.
§  Semua ini melambangkan dalam menuju cita-cita luhur tidak pernah melupakan apa yang ada disekeliling kita dan asal-usul kita.
Ciri-ciri sanggul cak-ceng :
§  Rambut tidak disasak.
§  Sanggul melintang dipuncak kepala.
§  Sanggul membentuk angka delapan membentuk kesamping dan pelepah pisangnya kelihatan dibagian kiri dan kanan.
§  Besar sanggul disesuaikan dengan bentuk kepala dan tubuh.

d. Busana Dara Baro
Dalam kebudayaan Aceh sesuatu upacara selalu berkaitan dengan ajaran agama Islam, misalnya untuk memulai sesuatu pekerjaan diawali dengan membaca Basmallah. Demikian pula hanya ketika memakai busana dan perhiasan, diawali dengan membaca Basmallah dan pemakaiannya dimulai dari kanan.
Busana dara baro terdiri dari celana, baju, kain sarung dan selop/sandal. Pemakaian busana dimulai dengan memakai celana, kemudian selop/ sandal, baju dan kain sarung. Pemakaian kain sarung dipakai berakhir di kanan dan berjarak kurang lebih 3 jari dari sebelah kanan pusar dan tepinya dapat dibuat lipit-lipit selebar kurang lebih 4jari; tinggi kain kurang lebih 5 jari atau kurang lebih 10 cm di bawah lutut. Memakai celana dan kain harus diikat dengan tali agar kuat, lalu pakai tali pinggang diatas kain, kemudian pakaikan klah taku/ ceukok, ganceng pun cak tudong/ bak dokma, talo sususon lhee, jeureumo, talo gule, simplah meuh, ikai, ajimat meuraket, sawek, gleung puta gadong, gleung pucok reubong (semua gelang tersebut dapat dipakai salah satu atau lebih).

2. Tata Rias Wajah dan Busana Linto Baro
a. Rias Wajah Linto Baro
Membersihkan wajah dengan susu pembersih sesuai dengan jenis kulit, kemudian diberi penyegar. Setelah bersih oleskan pelembab atau moisturizer secara tipis-tipis hingga rata, kemudian oleskan foundation atau alas bedak sewarna dengan kulit. Dilanjutkan dengan pemberian bedak lalu diratakan dengan sikat atau face brush. Alis dibentuk mengikuti pertumbuhan rambut kemudian disikat. Bibir diberi pelindung dan pemerah bibir warna muda (alami) sehingga memberi kesan wajah alami. Rambut disisir seperti biasa.

b. Busana dan Perhiasan
Cara memakainya terlebih dahulu memakai baju putih lengan panjang, kemudian celana panjang (stelan jas Aceh). Setelah itu memakai kain sarung yang dilipat dua dan tingginya setengah paha, bagian kiri dan kanan sarung dipertemukan di tengah lalu diikat dengan tali, kemudian memakai tali pinggang (sabuk/ gesper). Terakhir barulah linto baro memakai baje kot meututop (baju jas Aceh/ jas meurah) dan memakai keupiah meukeutop (topi khas Aceh). Topi dilapisi dengan tangkulok dan tampok kupiah meukeutop (hiasan topi dari emas), diberi preuk-preuk pada samping kanan bagian depan topi. Setelah itu rantai baluem (rantai kantong) dipasangkan pada kantong bajunya. Setelah memakai sepatu, linto baro dipakaikan rincong Aceh pada pinggang sebelah kiri bagian depan dan gagangnya menghadap ke kanan.

c. Kopiah Meukeutop

Dijahit dari kain :
§  Warna kuning melambangkan kerajaan, kebangsawanan dan keagungan
§  Warna hijau melambangkan ke Islaman yang membawa kedamaian
§  Warna merah melambangkan keberanian dan kepahlawanan
§  Warna hitam melambangkan kerakyatan
Bentuk tangga pada topi warnanya hitam sebanyak empat trap member arti dalam kehidupan yang harus dipelihara, yaitu : tingkat pertama hukum agama, hukum adat, tingkat ketiga “kanon” (peraturan) dan tingkat keempat “reusam” (kebiasaan).

0 komentar

Posting Komentar